Jumat, 11 Februari 2011

BURUNG MALEO

Sehabis Bertelor, Maleo Betina Dewasa Pingsan


Maleo (Macrocephalon maleo), adalah satwa burung. Masuk dala
m kelas Aves subkelas Neonyrthes, ordo Gallyphormes, subordo Gally, famili Megapopidae, subfamili Crocoide, genus Macrocephalon, species Maleo. Ditemukan oleh Salmuller pada tahun 1846 di pegunungan Verbeek – Sulawesi Tengah. Dibelakang hari, ternyata burung ini endemic Pulau Sulawesi, tidak dijumpai di pulau lain se- Indonesia. Penyebarannya tidak hanya di dataran tinggi berpasir, tapi sampai ke pantai.

Endemic adalah satu pertimbangan apakah satwa perlu dilindungi atau tidak, selain populasi yang sudah langka. Berapa populasinya memang belum ada sensus. Secara kasar angkanya dapat diperoleh dari luas hutan berpasir se- Sulawesi dibagi luas kawasan TN Lore Lindu, dikali jumlah nesting ground yang terdapat dalam kawasan TN Lore Lindu, dikali lagi dengan populasi per nesting ground. Supardi dan Herman pernah mengamati populasi di nesting ground Saluki ada 180 ekor betina dewasa yang masak bertelur. Hidupnya yang monogami, maka populasi maleo dewasa ada 360 ekor. Ambil saja maleo kecil jumlahnya 240 ekor, maka populasinya ada 600 ekor. Dari angka ini kira – kira populasi maleo se- Sulawesi kurang lebih tinggal 50.000 ekor.

Behaviour juga menjadi pertimbangan apakah suatu jenis satwa patut dilindungi atau tidak. Contoh seperti badak yang memiliki pregnancy period 8 tahun sekali dengan jumlah anak hanya 1 ekor. Maleo termasuk species burrow nester, burung pembuat lubang terutama untuk memendam telurnya. Bertelur setiap 15 hari sekali tanpa dierami. Lubang pemendaman sedalam 30 - 40 cm pada suhu sekitar 330 Celcius. Telur menetas pada lama pemendaman 90 hari dengan prosentase keberhasilan 50 – 60 %. Hal ini terjadi karena induknya meninggalkan telur begitu saja. Maleo hidup monogami, berganti pasangan bila salah satunya mati. Dapat berganti pasangan, hanya dengan cara menunggu maleo kecil menjadi dewasa, tanpa merebut pasangan maleo dewasa lainnya. Behaviour seperti inilah yang menjadi pertimbangan maleo patut dilindungi.

Keberadaan predator juga menjadi pertimbangan satwa tersebut dilindungi atau tidak. Maleo dan telurnya acap menjadi buruan manusia pencari rotan. Selain itu telurnya menjadi buruan hewan predator ular atau biawak. Untuk menipu predator, maleo senantiasa membuat lubang tipuan di sekitar lubang pemendaman telurnya. Hidupnya bisa mencapai 30 tahun, namun masa produktifnya mulai 2,5 – 20 tahun.Burung ini seperti ayam, terbang meloncat hanya sekali – kali, terutama pada saat ada ancaman predator atau pada saat memadu cinta.

Maleo dewasa bobotnya bisa mencapai 2 kilogram, betinanya lebih besar dari jantan. Jantan dan betina dapat dicirikan pada ekornya. Maleo betina ekornya seperti kipas, sedangkan maleo jantan mengerucut ke bagian bawah. Telur maleo dapat mencapai panjang 11 cm dengan berat sebesar 280 gram atau 5 – 7 kali berat telur ayam ras. Telur pertama beratnya 150 – 180 gram dengan panjang sekitar 10 cm. Dengan angka seperti ini hiduplah sebuah mitos bahwa sehabis bertelur, maleo betina dewasa pingsan. *Sumber:MKI-2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar