Minggu, 26 Juli 2009

POHON PULAI SUPER DENGAN VOLUME TINGGI


Penulis : Riskan Effendi, Puslitbang Hutan Tanaman Bogor.
Pohon pulai dengan jumlah tujuh batang yang terdapat dalam satu pohon. Pohon tersebut ditemui di pinggir jalan menuju KHDTK Kemampo (Sumatera Selatan) yaitu pada ruas jalan raya antara Palembag – Jambi, berdekatan dengan Balai Penelitian Karet Sembawa Palembang.
Diameter batang pohon tersebut antara 20-35 cm. Tinggi batang bebas cabang bervariasi antara 10-15 m. Bentuk batang bulat. Dengan jumlah tujuh batang dan ukuran diameter tersebut diperkirakan volume pohon pulai tersebut itu sekitar 2,5 - 3 m3. Bila dalam satu hektar terdapat 400 pohon seperti diatas dengan jarak tanam 5x5 m, maka volume yang bisa dipanen lebih dari 1000 m3 per hektar. Ini adalah perkiraan maksimum yang dapat dicapai untuk jenis pulai ini. Namun demikian jenis pulai mempunyai potensi untuk menghasilkan volume sekitar 1000 m3 per ha.
Jenis pohon pulai merupakan salah satu jenis pohon yang mempunyai kemampuan untuk berbatang lebih dari satu dalam satu pohon. Bila dapat dihasilkan dalam satu pohon sebanyak 3 batang maka akan diperoleh 1.200 batang /ha untuk jarak tanam 5x5m atau sebanyak 1.875 batang dengan jarak tanam 4x4 m. Volume batang dengan diameter 30 cm dan tinggi bebas cabang 10 m adalah 0,424 m3. Volume per ha yang dapat dipanen setelah masak tebang menurut jarak tanam seperti tabel berikut:
No Jarak tanam Jumlah batang Volume
Per batang Volume
m3/per ha Keterangan
1 3x3 m 3.300 0,424 1.399 1. Satu pohon terdapat 3 batang
2. Vol. batang diameter 30 cm dengan tinggi batang bebas cabang 10 m = 0,424 m3
2 4x4 m 1.875 0,424 795
3 5x4 m 1.500 0,424 636
4 5x5 m 1.200 0,424 508
Angka-angka diatas merupakan perkiraan kasar dan belum dilakukan dalam praktek.Mungkin saja setiap pohon berisi dua batang. Dengan berbagai perlakuan dimungkinkan setiap pohon terdapat 2-3 batang. Ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tegakan pada hutan tanaman.
Jenis pohon pulai (Alstonia scholaris dan A.angustiloba ) merupakan salah satu jenis pohon asli Indonesia yang secara alami tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi , Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian. Nama yang digunakan untuk jenis ini antara lain pulai, gabusan, lame, pule, pale, (Jawa) goti, pelanik, pelawi, pulai, tuturan (Sumatera), kasidula, lingaru, loi, mantoti, talanggilala, tongkoya, rita (Sulawesi), angar, bintang, hange, leleko, puli (Maluku), bengus, jagera, setaka, susuh (Papua). Tumbuh pada ketinggian 1-1.230 m dpl, pada jenis tanah liat yang kering dan tanah berpasir dan pada lereng bukit berbatu dengan curah hujan tipe A dan C. Pohon pulai dapat mencapai tinggi 40 m dengan batang bebas cabang 25 m dan diameter 150 cm.
Pemanfaatan kayu pulai yang ringan dengan berat jenis 0,27-0,49 dan kelas kuat IV-V, kelas awet V (mudah diserang mikroorganisme dan serangga antara lain jamur biru dan bubuk kayu kering) diantaranya untuk kerajinan, ukiran kayu, wayang golek, hak sepatu, cetakan beton, topeng, pulp dan pensil slate. Kayu pulai mudah digergaji, diserut dan dibor baik dalam keadaan kering maupun segar, mudah dikeringkan dan diawetkan.
Hutan alam pulai saat ini sudah semakin menipis dan di beberapa tempat sudah sulit mendapatkan kayu pulai. Hutan tanaman pulai antara lain terdapat di Sumatera Selatan dengan pola hutan rakyat. Jarak tanam yang digunakan 2x3 m. Diharapkan masyarakat dapat menanam jenis pulai ini karena teknik budi dayanya telah diketahui.

Berbagai macam ukiran hewan yang dibuat dari kayu pulai
(lame) di Tangkuban Perahu. Harga ukiran Rp.20.000 sampai
Rp.100.000 tergantung besarnya ukiran.

Email: riskan51@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar