Rotan merupakan komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu atau HHBK yang potensial di Indonesia. Kurang lebih 85% produksi rotan dunia berasal dari Indonesia, sehingga tidak berlebihan apabila kita kampanyekan "The Real Rattan is Indonesia" dan membawa atau mengusulkan rotan sebagai warisan dunia kepada UNESCO. Ironisya kelestarian rotan Indonesia berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan sangat mungkin bisa segera punah. Nilai ekspor produk keranjang rotan dan sejenisnya turun dari US $ 27,04 juta pada tahun 2007 menjadi US $ 19,22 juta di tahun 2008, sedangkan nilai ekspor kursi dan perabot rumah tangga rotan juga merosot dari US $ 155,16 juta di 2007 menjadi US $ 106,06 juta di tahun 2008. Industri rotan sebanyak 614 unit tahun 2007 menurun menjadi 234 unit usaha pada tahun 2008. Daya serap industri mebel Indonesia sangat terbatas yaitu hanya sekitar 40.000 ton atau kurang dari 10% kapasitas lestari nasional. Rotan hanya akan lestari bila dunia membutuhkan dan memerlukan mebel dan kerajinan rotan dengan harga yang ekonomis, sehingga rotan memberikan manfaat bagi petani pemungut dan budidaya rotan. Petani hanya akan memungut dan membudidayakan rotan bila industri mebel rotan dalam negeri tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanpa itu semua, potensi rotan Indonesia yang menguasai 85% rotan dunia hanya akan tinggal dongeng saja. Persaingan rotan dengan impor mebel rotan imitasi (yang terbuat dari plastik) dari China juga ikut mengancam industri mebel rotan Indonesia. Harga plastik dari China yang relatif murah dibanding rotan membuat komoditi ini semakin sulit bersaing dipasaran. Dalam upaya meningkatkan penggunaan dan nilai atau harga produk rotan, sebaiknya kantor-kantor instansi pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, hotel, restoran dan rumah tangga menggunakan produk-produk rotan baik mebel maupun furniture.
Kawasan hutan tempat tumbuhnya rotan di Indonesia berada di areal seluas 26,7 juta ha dengan kapasitas produksi lestari sebesar 696.000 ton per tahunnya. Kurang lebih 5 juta orang terlibat dalam industri rotan, dan 2,3 juta diantaranya merupakan petani pemungut rotan. Pusat produksi rotan berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, NAD, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, dan NTB. Masih ada daerah lain yang potensi rotannya belum tergarap dengan baik, antara lain Maluku Utara, Maluku Tengah dan Papua.(Sumber: Siaran Pers Pusinfo-Kementerian Kehutanan,30/07/2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar