Rabu, 15 September 2010
BADAK JAWA TERANCAM PUNAH
Salah satu mamalia besar yang paling terancan punah di dunia adalah Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus). Saat ini populasi Badak Jawa di seluruh dunia diperkirakan hanya berjumlah 40 - 60 ekor saja. Karena itu Badak Jawa masuk dalam Daftar Merah Spesies Yang Terancam Punah yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Populasi Badak Jawa pernah tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara, namun sekarang hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Dalam dua dekade terakhir ini tidak ada peningkatan dalam populasi Badak Jawa, hal ini menunjukkan suatu gejala kejanggalan ekologis. Faktor-faktor yang mengancam punahnya satwa bercula satu ini antara lain adalah perambahan liar, penyebaran penyakit, persaingan tak sehat antar spesies, bencana alam, dan perubahan iklim.
Dalam upaya menyelamatkan Badak Jawa dari kepunahan, Kementerian Kehutanan telah merancang program Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia sejak tahun 2007 s/d 2017. Dalam upaya merealisasikan program ini, Kementerian Kehutanan menggalang kerjasama para pihak untuk ikut berperan serta dalam upaya penyelamatan satwa langka ini, yaitu Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan Asia Pulp and Paper (APP) yang telah bersepakat mengadakan kerjasama untuk menyelamatkan dan melestarikan Badak Jawa.
YABI adalah satu-satunya organisasi nirlaba Indonesia yang bergerak dalam usaha melestarikan dan menyelamatkan Badak Jawa. Sedangkan APP adalah perusahaan pulp dan kertas. YABI dan APP sepakat bahwa saat ini sudah waktunya bertindak untuk melakukan kegiatan konservasi yang membawa perubahan langsung di lapangan.
Kerjasama YABI dan APP akan berfokus pada pengembangan Suaka Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon yang luasnya 76.000 ha. Pengembangan suaka ini dimaksudkan untuk melestarikan Badak Jawa, tidak hanya melalui penelitian intensif, namun juga untuk memperluas habitat dan melindungi dari gangguan satwa lain. Selain itu menjamin adanya peningkatan populasi badak yang merupakan tujuan utama program bersama ini.
Kementerian Kehutanan telah menetapkan target nasional untuk konservasi badak, yaitu peningkatan populasi sebanyak 3 % setiap tahun, dan adanya kawasan lindung sebagai habitat badak seluas 1 juta ha pada tahun 2055.(Sumber:Siaran Pers Pusinfo-kemenhut) .
Empat Senyawa Penting Dalam Pasak Bumi
Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan salah satu tumbuhan obat asal hutan yang memiliki banyak khasiat. Berdasarkan kajian farmakologis Pasak Bumi mengandung empat senyawa penting yaitu senyawa canthin, senyawa turunan eurycomanone, senyawa quassinoid, dan senyawa etanol. Senyawa canthin pada tumbuhan pasak bumi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker, senyawa turunan eurycomanone sebagai anti malaria, senyawa quassinoid berfungsi sebagai anti leukimia, dan prospektif untuk anti HIV, senyawa etanol berfungsi sebagai afrodisiak. Manfaat yang beragam tersebut menyebabkan pasak bumi banyak diekspor ke luar negeri untuk keperluan pembuatan obat herbal. Produk pasak bumi kering memiliki harga cukup mahal, produk berupa cacahan akar (chipped root) harganya 60 USD/kg sedangkan produk berupa ekstrak harganya 80 USD/kg.
Pasak bumi memiliki daerah penyebaran di Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Di Pulau Sumatera hanya beberapa daerah yang diduga masih ditemui tumbuhan pasak bumi yaitu kawasan Leuser, sebagian Provinsi Riau dan kawasan Kerinci Seblat. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini mengandung substansi pahit yang dapat digunakan untuk obat. Akar tumbuhan ini dicampur dengan tumbuhan obat lain seperti kayu manis dan digunakan untuk tonik penyehat di Sabah. Selain itu di Malaysia kulit akarnya digunakan juga sebagai penawar demam, penyembuh luka-luka di gusi atau gangguan cacing serta tonikum setelah melahirkan. Kulit batang digunakan untuk koagulan darah setelah melahirkan, sedangkan di Kalimantan dan Sabah kulit batang digunakan untuk mengobati nyeri pada tulang. Daun pasak bumi yang muda dapat dimakan untuk pengobatan sakit perut. Di Vietnam bunga dan buah pasak bumi digunakan untuk obat desentri. Menurut sifat fisis, mekanis dan keawetan, kayu pasak bumi memiliki berat jenis 0,65, kelas awet 4-5, dan kelas kuat II. Kayu golongan ini dapat digunakan untuk keperluan konstruksi dan mebel.
Menurut WHO, 80% lebih penduduk dunia masih menggantungkan diri terhadap pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan. Indonesia adalah negara megabiodiversity yang kaya akan tanaman obat, dan sangat potensial untuk dikembangkan, namun belum dikelola secara maksimal. Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat (jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di Asia). Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan. Sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung (eksplorasi) dari hutan. Potensi tanaman obat di Indonesia, termasuk tanaman obat kehutanan antara lain Pasak Bumi, apabila dikelola dengan baik akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan.(Siaran Pers-Pusinfo-Kemenhut#)
Minggu, 08 Agustus 2010
KEINDAHAN MEBEL ROTAN
Rotan hanya akan lestari bila dunia membutuhkan dan memerlukan mebel dan kerajinan rotan dengan harga yang ekonomis, sehingga rotan memberikan manfaat bagi petani pemungut dan budidaya rotan. Petani hanya akan memungut dan membudidayakan rotan bila industri mebel rotan dalam negeri tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanpa itu semua, potensi rotan
Kawasan hutan tempat tumbuhnya rotan di Indonesia berada di areal seluas 26,7 juta ha dengan kapasitas produksi lestari sebesar 696.000 ton per tahunnya. Kurang lebih 5 juta orang terlibat dalam industri rotan, dan 2,3 juta diantaranya merupakan petani pemungut rotan. Pusat produksi rotan berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, NAD, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, dan NTB. Masih ada daerah lain yang potensi rotannya belum tergarap dengan baik, antara lain Maluku Utara, Maluku Tengah dan Papua.(Sumber: Siaran Pers Pusinfo-Kementerian Kehutanan,30/07/2010)
Minggu, 06 Juni 2010
Keanekaragaman Hayati Indonesia Menyusut
Keanekaragaman hayati Indonesia ditenggarai terus menyusut karena taksonominya tidak pernah dikembangkan untuk mengetahui identifikasi serta menggali manfaatnya. Bahkan keanekaragaman hayati disebut telah lama dilemahkan secara sistematis, terlihat ketika salah satu cabang ilmu biologi, yaitu taksonomi mulai ditiadakan dari satu mata kuliah di perguruan tinggi. hal ini menjadi amat ironis ketika pada tahun 1994 Indonesia menandatangani konvensi penyelamatan keanekaragaman hayati.Menurut PBB, semua program mengenai keanekaragaman hayati pada tingkat global dinilai gagal. Setidaknya ada tiga program dianggap gagal total, dan 14 program dianggap gagal namun memiliki perbaikan. Keberadaan terumbu karang dikhawatirkan akan mengalami penyusutan masif di masa datang. Sekjen PBB Ban Ki Moon menyalahkan berbagai kebijakan pemimpin dunia yang tidak memihak pada lingkungan hidup.(sumber:hasil analisis berbagai media cetak Pusinfo).
Senin, 01 Februari 2010
Panen raya jenis-jenis Dipterokarpa
Terjadi 5 Tahun sekali
Pembungaan dan pembuahan jenis-jenis dipterokarpa tidak berlangsung setiap tahun. Periode pembungaan umumnya antara dua sampai empat tahun sekali. Panen raya jenis-jenis dipterokarpa terakhir terjadi pada bulan Januari – Febuari 2005, jadi selama empat tahun tidak ada bunga dan buah. Panen raya dipterokarpa biasanya diawali dengan adanya musim kering yang panjang. Musim kering di Asia Tenggara dikaitkan dengan kejadian el-nino di samudra pasifik. Pada tahun 2009 ini dilaporkan kemunculan fenomena el-nino. Oleh sebab itu setelah lima tahun tidak ada bunga dan buah, pada awal tahun 2010 diramalkan akan terjadi panen raya dipterokarpa.
Panen raya buah jenis-jenis dipterokarpa merupakan fenomena penting bagi kelangsungan hidup jenis-jenis dipterokarpa yang populasinya semakin sempit. Oleh sebab itu panen raya buah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk berbagai program penanaman dipterokarpa seperti program SILIN dan program konservasi. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam bekerjasama dengan berbagai institusi merencanakan untuk melaksanakan eksplorasi buah dipterokarpa saat panen raya yang diprediksi akan terjadi pada awal tahun 2010. Tujuan dari eksplorasi buah dipterokarpa adalah :
1. Konservasi jenis-jenis dipterokarpa. Dewasa ini baru sekitar 60 jenis dipterokarpa yang telah dibudidayakan, masih ada sekitar 300 jenis yang belum diketahui keberadaannya. Oleh sebab itu dalam eksplorasi buah dipterokarpa diharapkan dapat dikoleksi sebanyak-banyaknya jenis (species) dari keluarga dipterokarpa.
2. Membangun sumber benih dipterokarpa. Sumber benih yang dibangun lebh diarahkan sebagai populasi dasar (base population) untuk program pemuliaan lebih lanjut. Oleh sebab itu untuk setiap jenisnya diharapkan benih dapat dikumpulkan dari minimal 30 pohon induk yang tidak berkerabat.
3. Studi kekerabatan dan keragaman genetik jenis target dari tiga populasi. Eksplorasi buah dipterokarpa akan dilakkan secara serentak di tiga populasi alam. Studi keragaman genetik akan dilakukan pada aspek fenotipik serta aspek biologi molekulernya.
4. Pengadaan bibit jenis-jenis target. Program SILIN telah dilaksanakan disekitar 25 IUPHHK. Setiap tahunnya diperlukan kurang lebih 5 juta bibit dari jenis target dipterokarpa oleh 6 IUPHHK yang menerapkan sistim silvikultur TPTJ dengan SILIN.
Kegiatan eksplorasi benih ini direncanakan dilakukan di tiga populasi yaitu Kalteng, Kalbar dan Kaltim. Pedoman ini disusun sebagai petunjuk bagi personel pelaksana eksplorasi dalam pengumpulan benih. Pengunduhan akan dilaksanakan pada saat buah masak yang diperkirakan berlangsung pada bulan Januari – Maret 2010. (Sumber:www.dephut.go.id)
KURA-KURA LEHER ULAR
Kura-kura leher ular adalah satwa endemik Pulau Rote yang semakin hari semakin berkurang populasinya karena permintaan pasar satwa peliharaan di Eropa, Amerika dan Jepang. Ancaman lainnya adalah semakin berkurangnya lahan basah sebagai tempat habitat Chelodina mccordi itu. Selain itu tidak adanya kawasan konservasi sebagai daerah yang dilindungi bagi habitatnya di Pulau Rote. Meskipun di Kabupaten Ndao terdapat dua kawasan konservasi yaitu Taman Buru Pulau Ndana dan Suaka Margasatwa Harlu, keduanya bukan merupakan habitat C. Mccordi.
Sampai saat ini Kura-kura leher ular Pulau Rote (Chelodina mccordi) belum memiliki status perlindungan. Menurut evaluasi International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Spesies, pada tahun 1996 satwa ini masuk kedalam status vulnerable, dan pada tahun 2000 statusnya dinaikkan menjadi Critically endanger/CR. Di Indonesia, LIPI mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa sejak tahun 2002 tidak merekomendasikan pemanfaatan komersial jenis ini dari alam.
Kura-kura leher ular Pulau Rote (Chelodina mccordi) termasuk filum Chordata, kelas Sauropsida, ordo Testudines, sub ordo Pleurodira, famili Chelidae, genus Chelodina, spesies Chelodina mccordi. Spesies ini memiliki bentuk yang unik : berukuran kecil, kepala menyerupai ular, dan sisi karapas yang unik melengkung ke atas. Panjang leher hampir sepanjang karapas sehingga untuk menyembunyikan kepalanya, leher harus dilipat melingkari karapas. Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan.
Pada tahun 2009 lalu melepasliarkan 50 ekor Kura-kura Leher Ular (Chelodina mccordi) ke habitat aslinya di lahan basah Danau Peto, Dusun Peto, Desa Maubesi, Kec. Rote Tengah, Kab. Rote Ndao, Prov. Nusa Tenggara Timur yang dilakukan oleh H. M.S. Kaban (Menteri Kehutanan Kabinet Indonesia Bersatu I). Pelepasliaran ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan satwa ini dari ancaman kepunahan.
Selasa, 19 Januari 2010
HARIMAU sebagai UMBRELLA SPECIES
Indonesia memiliki 3 (tiga) anak jenis (sub species) dari delapan anak jenis harimau yang ada diseluruh dunia. Saat ini yang tersisa hanya Harimau Sumatera. Harimau Bali telah punah sejak tahun 1940-1n, disusul Harimau Jawa yang dinyatakan punah sejak tahun 1980-an. Harimau Sumatera mempunyai anak jenis yang digolongkan sebagai species terancam punah (critically endangered) oleh Lembaga Konservasi Internasional Union for Conservation of Nature/IUCN, serta termasuk dalam Appendix I Convention On International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES, artinya segala bentuk perdagangan termasuk produk turunannya dilarang oleh peraturan internasional. Harimau Sumatera diklasifikasikan sebagai jenis satwa dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar.
Harimau Sumatera mempunyai beberapa keistimewaan, yaitu merupakan:
1. Spesies dengan urutan prioritas konservasi ke lima dari sembilan jenis taksa mamalia sesuai Permenhut No. P.57/Menhut-II/2008 tentang arahan Strategi Konservasi Spesies Nasional.
2. Top predator dalam rantai makanan suatu ekosistem di Pulau Sumatera.
3. Spesies Payung (umbrella species), yang artinya jika kita melakukan konservasi terhadap harimau, maka spesies lainnyadi Pulau Sumatera juga akan terjaga kelestariannya.
4.Salah satu indikator sehat/tidaknya suatu ekosistem.