Indonesia mempunyai areal sumberdaya hutan sebesar 120, 35 juta ha dengan rincian hutan konservasi 20,5 juta ha, hutan lindung 33,5 juta ha dan hutan produksi 66, 35 juta ha.
Hutan, bukan hanya menyimpan kayu, tetapi juga menyimpan potensi non kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pangan pada lahan hutan. Kegiatan tersebut akan memberikan hasil yang menguntungkan. Baik dari segi ekonomis maupun dari segi ekologis tanpa mengubah fungsi hutannya. Budidaya tanaman pangan dapat dilakukan di bawah tegakan tanaman hutan pada kawasan hutan produksi. Dengan kata lain sumber pangan nasional tidak hanya tergantung kepada lahan pertanian saja, tetapi juga dari lahan hutan
Potensi pangan dari dalam hutan ternyata dapat dihasilkan tidak saja pada awal musim tanam tumpangsari yang dikenal selama ini, yakni dua tahun tetapi dapat selama daur karena ternyata banyak tanaman pangan yang mampu hidup di bawah naungan dengan hasil yang tinggi. Disamping itu tesedia jenis-jenis pohon dan tumbuhan hutan yang mampu menghasilkan aneka ragam pangan berupa buah, daun, tepung dan lain-lain.
Usaha-usaha peningkatan ketahanan pangan nasional telah banyak dilakukan namun masalah kekurangan pangan masih merupakan masalah utama. Ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian kita yaitu: pertama banyaknya lahan yang tidak dimanfaatkan (iddle). Misalnya lahan hutan yang tersebar diseluruh tanah air yang sebenarnya dapat menghasilkan pangan yang bermutu dan bergizi serta biaya dasar yang rendah karena memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan dan tumpang sari. Aspek yang kedua adalah budaya mengkonsumsi pangan berupa gandum dan beras yang terlanjur menjadi makanan pokok disebagian kalangan penduduk.
Masalah ketersediaan air bagi keperluan keluarga dan industri, meningkatnya pencemaran udara, semakin berkurangnya produk oksigen, serta semakin banyaknya produk gas rumah kaca dan lain sebagainya merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia yang saat ini mencapai lebih dari 200 juta jiwa. Hutan apabila ditata dengan baik akan dapat diandalkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Hutan mampu menghasilkan persediaan pangan dan air nasional, selain itu juga dapat membantu menghindarkan kebakaran hutan, perambahan, pencurian, perusakan hutan apabila dapat memanfaatkan lahan-lahan tersebut dengan jenis tanaman pangan campuran yang sesuai. Tanaman pangan dibawah tegakan selain menambah kesuburan tanah, juga dapat berfungsi sebagai payung terhadap erosi.
Jenis Tanaman Pangan
Selama ini beras dan gandum dianggap sebagai sumber karbohidrat yang utama, sementara beberapa jenis tanaman pangan lainnya seperti ketela pohon, ganyong, jagung, umbi-umbian hanya dianggap sebagai makanan bergizi rendah.
Beberapa jenis tanaman pangan nasional yang diprioritaskan antara lain: Ketela Pohon (Manihot utilissima POHL), Arairut, garut (Maranta arundinacea LINN), Ganyong (Lembong) (Canna edulis KER), Sukun (Artocarpus communis FORST), Ubi Jalar (Ipomoea batatas POIR), Jagung (Zea mays LINN), Kacang Tanah (Arachis hypogea LINN), Kedelai (Glycine max MERR), Talas (Colocasia esculenta SCHOTT), Ubi Gembili (Dioscorea aculcata LINN), Suweg (Amorphophallus campanulatus BL), Gadung (Dioscorea hispida POIR), Huwi Sawu (Dioscorea alata LINN), Kimpul (Hanthosoma violaceum SCHOT), Kentang (Solanum tuberosum LINN), Kentang Jawa (Klici) (Soleus tuberosum BENTH), Nenas (Ananas comosus MERR), Pisang (Musa paradisiaca LINN), Melinjo (Gnetum gnemon LINN), Nangka (Artocarpus integra MERR), Cempedak ( Artocarpus champeden SPRENG), Alpukat (Persea gratisima GAERTN), Sagu (Metroxylon sp), Rambutan (Nephelium lapnaceum), Durian (Durio zibbethinus), Cantel (Sorgum) (Syricum granum).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar