Selasa, 16 Juni 2009

Rahasia Pohon Besar


Satu hektar lahan yang dipenuhi pohon besar :
Menghasilkan 0,6 Ton O2/hr, untuk 1500 org/hr
Menyerap 2,5 Ton CO2/th
Menyimpan 900 m3 air tanah/tahun
Mentransfer air 4000 liter/hari
Meredam kebisingan 25 – 80 %
Meredam angin 75 – 80 %
Menyerap gas emisi mobil (emisi 1 mobil dpt diserap oleh 4 pohon dewasa)

Senin, 15 Juni 2009

5 Unggulan Hasil Hutan Bukan Kayu


Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Geser Dominasi Kayu Sebagai Komoditi EKSPOR.

Potensi Hutan Tropis Indonesia tidak hanya mampu memberi peluang untuk pengembangan industri kehutanan dengan bahan baku kayu, tetapi berpeluang dalam pengembangan industri hasil hutan berbahan baku non kayu. Dari hutan dapat diperoleh Hasil Hutan Ikutan antara lain berupa damar, rotan, gondorukem, minyak kayu putih, madu, dll. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang merupakan komoditi ekspor adalah kemenyan dari Tapanuli Utara, daerah ini tercatat sebagai penghasil kemenyan terbesar di dunia, setiap tahunnya kabupaten ini menghasilkan kemenyan sekitar 4 ribu ton dari lahan sekitar 30 ribu hektar yang ditumbuhi tanaman kemenyan.Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan & Perhutanan Sosial menetapkan 558 jenis hasil Hutan Bukan Kayu, namun terdapat 5 jenis HHBK yang menjadi unggulan, yaitu: Rotan, Gaharu, Sutera, Bambu dan Madu lebah.HHBK tersebut merupakan sumber alternatif yang potensial dalam menghasilkan devisa negara sebagai komoditi ekspor.(undar)

Minggu, 14 Juni 2009

GONDORUKEM


Getah Pinus jika diolah atau dimasak 69 % akan menjadi gondorukem dan 23 % akan menjadi terpentin, sedang sisanya 8 % berupa residu. Di lahan Perhutani pada tahun 2000-an , dari sekitar 300 pohon pinus setiap 14 hari bisa menghasilkan 150 kg getah. Getah pinus sebanyak 150 kg itu jika diolah menjadi gondorukem 103,5 kg dan terpentin sebanyak 34,5 kg.
Gondorukem dalam istilah sehari-hari disebut pine rosin, rosin, colophony, siongka, dsb.Gondorukem merupakan getah yang diambil/disadap dari poohon pinus.Getah tersebut diproses melalui penyulingan air yang kadang-kadang disertai vakum. Residu dari penyulingan disebut GONDORUKEM yang berwarna ambar-bening, sedang fraksi desilatnya adalah terpentin. Berdasarkan warnanya, getah gondorukem diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu B,C,D E,F,G,H,I,K,M,N, dan W-G. Kegunaan kelas B,C,D (warna gelap) digunakan untuk industri minyak resin dan vernis gelap. Kelas E,F,G digunakan sebagai bahan penolong dalam industri kertas. Kelas G dan K digunakan untuk industri sabun.

Sementara untuk gondorukem kelas W-G dan W-W (warna pucat) digunakan sebagai bahan vernis warna pucat, scaling wax, bahan peledak, pelapis alat-alat yang dipegang tangan, bahan penggosok senar, bahan solar, bahan cat, tinta cetak, semen, kertas, politur kayu, plastik, kembang api dsb.*sumber:Duta Rimba Edisi 3/Th.1/2006.

Selasa, 09 Juni 2009

Pohon Suren (Toona sureni)

Oleh: Dharmawati F. Djam’an
*Balai Litbang Teknologi Perbenihan

Informasi Umum
Suren ( Toona sureni ) dikenal dengan berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh, seperti surian (Sumatra); surian wangi ( Malaysia ); danupra ( Philippina); ye tama (Myanmar); surian ( Thailand) dan nama perdagangannya yaitu limpaga. Kayunya berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan.
Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 – 2.700 m dpl dengan temperature 22ºC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotic dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai winbreak di perkebunan teh.

Deskripsi Pohon
Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu :
1. Batang Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.
2. Daun Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8 – 30 pasang daun.m pada pohon berdiameter 1-2 m.
3. Bunga Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.
4. Buah : musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6 – 9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak berdaun.
Benih : Warna benih coklat , panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih.
Ekstraksi : Buah disimpan diatas tampah kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari dari jam 9-12 siang, kemudian dirontokkan dengan cara memukul-mukul tangkai buah di atas tampah atau dalam karung agar benih tidak terbang. Untuk seleksi yaitu dapat dengan cara menampi agar benih dan kotoran terpisah.

5. K a y u Gubal kayu suren berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan.

Persemaian
5.Viabilitas benih Benih suren mempunyai kadar air awal sekitar 11% sehingga viabilitasnya akan turun setelah 2 – 3 bulan. Apabila disimpan dalam ruang AC (18º-20ºC) dapat bertahan sampai 5 bulan dengan daya kecambah 56%.

6. Perkecambahan / Persemaian

Secara umum, benih suren dapat dikecambahkan dengan menabur benih dalam bedengan maupun polibag ( Gambar 1 A ) . tetapi untuk praktisnya dapat dilakukan dengan cara menggantung rangkaian buah di atas bedengan dan buah akan merekah dengan sendirinya dan benih tidak akan terbang jauh, setelah itu disapih ke dalam polibag. Sedangkan cara lain yaitu dengan menabur benih di dalam bak kecambah ( Gambar 1 B ). Media kecambah digunakan campuran tanah+pasir (1:1) dan setelah benih ditabur ditutup dengan media yang sama. Setelah berumur 2 – 3 minggu (berdaun 2) semai dapat dipindahkan ke polibag ukuran 10 x 12 cm.

7. Pembibitan
Media yang digunakan campuran tanah+pasir+kompos (7:2:1) dan setiap 1 m³ media ditambahkan pupuk TSP 1 sendok makan (5gr), kemudian masukkan ke dalam polibag ukuran 10x12 cm. Semai disimpan di bawah naungan (shadingnet) dengan intensitas cahaya 90%. Setelah berumur 3 bulan dipersemaian dapat dipindahkan ke lapangan.

8. Penanaman
Untuk di daerah Cianjur ( Desa Cugenang ) dekat Perkebunan teh Gedeh, masyarakat biasa menanam disekeliling kebun atau sawah sebagai pembatas blok atau tersebar ditengah-tengah kebun. Sedangkan di perkebunannya sendiri tersebar di antara tanaman teh dan di pinggir jalan sepanjang perkebunan.

Senin, 08 Juni 2009

Pohon Ki Tenjo Di Alam Tinggal Sebatang


Oleh: Titi Kalima*

Pohon Ki Tenjo di habitat alam aslinya tinggal satu batang dan tidak ditemukan anakannya, demikian hasil penelitian Titi Kafima dari Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor. Ki Tenjo yang dalam bahasa latinnya disebut Anisoptera costata (Korth) tumbuh alami di Cagar Alam Leuwi Sancang dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Eksplorasi yang dilakukan oleh Titi Kalima pada tahun 2008 di Kawasan TN Ujung Kulon ditemukan hanya satu batang A. costata Korth berdiameter 121 cm. Pohon tersebut masih beridiri tegak pada ketinggian 8o m di atas permukaan laut. Selama kurun waktu antara 2005 - 2008, Titi Kalima melakukan eksplorasi di berbagai kawasan hutan di Pulau Jawa, hasilnya sangat mengagetkan, karena A. costata Korth hanya tersisia satu batang di Taman Nasional Ujung Kulon.

Terancam Penebangan
Keberadan spesies pohon tersebut sangat rawan punah. Dari pohon yang tersisa tersebut tidak ditemukan anakan. Hal ini menunjukkan bahwa A. costata Korth di tempat tersebut tidak dapat melanjutkan keturunan. Pada tahun 1986, Sudiyasa pernah melaporkan perihal tidak dijumpainya anakan atau permudaan pohon ini. Hal yang sama juga ditemukan oleh Titi Kalima di tahun 2005 dan 2008.

Ancaman yang paling mengkhawatirkan adalah penebangan yang dilakukan oleh perambah hutan. Pada tahun 2005 Titi Kalima mencatat bahwa di Cagar Alam Leuwi Sancang terdapat masyarakat yang berkebun sayur mayur, kelapa, coklat, karet, dan lain-lain. Pada saat itu masih ditemukan pohon-pohon A. costata Korth, D. gracilis, D. hasseltii, dan D. littoralis. Satu tahun kemudian (2006) banyak pohon¬pohon tersebut yang ditebang. Pada tahun 2007 ditemukan pohon-pohon D. Littoralis, D. gracitis, dan D. Hasseltii yang berdiameter 76 cm, 58 cm, dan 64 cm telah ditebang. Saat itu masih tersisa satu batang A. costata berdiameter 105 cm pada ketinggian 560 m di atas permukaan laut.

Aktivitas perambahan yang makin mendekati lokasi pohon ini sangat mengancam percepatan kepunahannya.

Senin, 01 Juni 2009

TAMAN HUTAN RAYA BUNG HATTA ( Bung Hatta's Forest Reserve )


Ditetapkan berdasarkan Keppres No. 35 tahun 1986
  • Luas : 240 Ha
  • Lokasi : Desa Ladang Padi dikiri kanan jalan Padang - Solok, Kodya Padang
  • Potensi :

o Pemandangannya yang indah, bentangan alam yang merupakan kesatuan lembah, bukit dan dataran daerah perkotaan, pantai dan lautnya yang biru dengan pulau-pulau didalamnya.

o Arboretumnya sebagai koleksi jenis-jenis flora dari berbagai altitude berkisar antara 300 - 1000 m diatas permukaan laut.

o Jenis tumbuhan langka Rafflesia gaduttensis dan anggrek alam.

o Potensi Satwa : Tapir, jenis-jenis kera, siamang, harimau, rusa dan berbagai jenis burung.

Tersedia sarana-sarana wisata antara lain : Pusat Informasi, Guest House, Tol Karcis, Restoran, Camping Ground, MCK, Plaza dan Musholla serta tempat parkir yang semuanya didesign dengan pola arsitektur Minangkabau

TAMAN HUTAN RAYA SULTAN ADAM KALIMANTAN SELATAN

Sejarah Kawasan

Kawasan TAHURA Sultan Adam berdasarkan Keppres RI No. 52 Tahun 1989 seluas 112.000 Ha, berasal dari beberapa kawasan hutan, yaitu:

1. Hutan Lindung Riam Kanan
Kawasan ini ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 10/Kpts/Um/I/1975 tanggal 8 Januari 1975 seluas +55.000 Ha.

2. Hutan Lindung Kinain Buak
Kawasan ini ditunjuk melalui SK Gubernur Jenderal No. 33 tgl .8 Mei 1926 seluas +13.000 Ha.

3. Suaka Margasatwa Pelaihari Martapura
Kawasan ini ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 65/Kpts/Um/2/1974 tanggal 13 Pebruari 1974 dan No. 765/Kpts/Um/10/1980 tanggal 23 Oktober 1980 seluas +36.400 Ha.

4. Hutan Pendidikan UNLAM
Kawasan ini ditunjuk melalui SK Gubernur No. DA.144/PHT/1980 tanggal 31 desember 1980 dengan luas +2.000 Ha.

Pembangunan TAHURA Sultan Adam sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan di Kalimantan Selatan, mempunyai maksud dan tujuan:

1. Sebagai sumber genetik dan plasma nutfah

2. Pusat informasi, penelitian, pembinaan dan koleksi flora dan fauna serta lingkungan khususnya hutan hujan tropis di Kalimantan Selatan bagi generasi kini dan mendatang.

3. Meningkatkan fungsi hidrologi DAS Riam Kanan dan sekitarnya.

4. Mencegah erosi dan banjir serta pendangkalan waduk PLTA Ir. P. M. Noor yang merupakan satu-satunya PLTA di Kalimantan Selatan.

5. Peredam polusi melalui prinsp "Paru-paru Lingkungan" baik yang ditimbulkan oleh kendaraan umum maupun industri yang ada di kota banjarmasin dan sekitarnya.

6. Wahana rekreasi dan wisata alam di daerah Kalimantan Selatan.

Potensi Kawasan

a. Flora : Kawasan TAHURA Sultan Adam didominasi oleh flora jenis Pampahi (Ilexsimosa), Wangun (Evodia spp), Bilayang Putih (Aglaia sp), Palawan (Cratoxylon glaucum), Ulin (Eusideroxylon zwageri), Keranji (Acronychia pedunculata), Mahirangan (Diospyros maingayi), Tarap (Arthocarpus spp) dan Laban (Vitex pubescens).

b.Fauna: Beberapa jenis fauna penting yang mempunyai nilai komersil tinggi adalah Bekantan (Nasalis larvatus), Owa-owa (Hylobates meauleri), Beruang Madu (Helarcetos malayanus), Kijang (Montiacus muntjak), Kuau (Argussines argus), Kilahi (Presbytis kubianda), Rusa (Cervus unicolor), Warik (Macaca sp), Babi Hutan (Sus vitatus) dan Ayam Hutan (Lophura nobilis).

Potensi Wisata

· Danau/Waduk PLTA Ir P. M. Noor, luas +8.000 Ha, fungsi utama sebagai pembangkit listrik tenaga air satu-satunya di Propinsi Kalimantan Selatan. Berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi dan banjir. Sebagai obyek wisata alam, danau/waduk ini memiliki bentang alam yang menarik dengan panorama danau, lembah dan bukit disekelilingnya serta untuk kegiatan olah raga air.

· Pulau Pinus : Berupa pulau seluas +3 Ha, terletak ditengah danau/waduk, dapat ditempuh +15 menit dari Pelabuhan Tiwingan. Pulau ini didominasi oleh tanaman Pinus merkusili.

· Pulau Bukit Batas: luas +1 Ha, berdekatan letaknya dengan Pulau Pinus, dapat ditempuh +30 menit dari Pelabuhan Tiwingan. Seperti halnya dengan Pulau Pinus, kawasan ini cocok untuk rekreasi santai dan olah raga air.

· Air Terjun Surian terdiri dari air terjun Surian, air terjun Batu Kumbang dan air terjun Mandin Sawa yang sangat menunjang kegiatan Bina Cinta Alam. Dari sungai Hanaru dapat dicapai +2 jam dengan menelusuri sungai Hanaru atau +13 jam melalui jalan patroli yang sudah ada.

· Air terjun Bagugur: ini terletak di hulu sungai Tabatan. dari desa Kalaan dapat ditempuh +1-2 jam melalui jalan reboisasi dan areal bekas perladangan berpindah.

· Bumi Perkemahan Awang Bangkal; luas +6 Ha terletak di daerah Awang Bangkal. Tidak jauh dari jalan raya Banjarbaru - Pelabuhan Tiwingan, berada di dekat sungai Tambang Baru, sehingga mudah mendapatkan air. Bentang alam dari bukit disekelilingnya serta tepian sungai Tambang Baru merupakan daya tarik tersendiri.

· Pusat Pengelola/Informasi di Mandiangin: terletak di daerah Mandiangin merupakan suatu komplek bangunan yaitu kantor pusat pengelola, kantor pusat informasi sumberdaya alam, plaza dan bumi perkemahan. Di areal ini terdapat prasasti peresmian berdirinya TAHURA Sultan Adam dan Puncak Penghijauan Nasional (PPN) ke 29 yang ditandatangani oleh Presiden RI Bapak Soeharto. Di lokasi ini pula pusat pengelolaan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan UNLAM. Pada pengembangan selanjutnya kawasan ini akan dikembangkan menjadi arboretum, penangkaran satwa, taman safari, kolam renang, taman burung, bumi perkemahan dan akan dilengkapi dengan souvenir shop dan lain-lain.

Sarana dan Prasarana : Kantor Pengelola, Gedung Pika, Pondok Arboretum, Pos Jaga, Plaza, Panggung Utama, MCK, Kopel, Shelter, Pintu Gerbang Utama, Pintu Gerbang, Arena Main Anak-anak, Taman, Bangku Taman, Kandang Gajah, Kandang Buaya , Sangkar Burung, Bak Penampung Air, Kios, Warung Kaki Lima, Patung Prasasti

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF KASIM




TAHURA Sultan Syarif Kasim ditunjuk oleh Gubernur KDH Tk. I Propinsi Riau berdasarkan SK No. 367/IV/1985 tanggal 24 April 1985 tentang Penunjukan Kelompok Hutan Sungai Takula Minas Km 20 sebagai kawasan hutan dengan fungsi hutan wisata seluas 1.000 Ha.

Secara geografis TAHURA Sultan Syarif Kasim secara administratif termasuk Kecamatan Rumbai, Kotamadya Pekan Baru; Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Dati II Kampar; dan Kecamatan Mandau, Kabupaten Dati II Bengkalis, Propinsi Riau.

Topografi TAHURA Sultan Syarif Kasim Kondisi bervariasi dari datar, bergelombang ringan sampai sedang, dengan kemiringan 0 sampai 45%. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson TAHURA Sultan Syarif Kasim termasuk ke dalam klasifikasi type A dengan curah hujan rata-rata pertahun 100 s/d 300 mm. Suhu udara minimum 21°C, maksimum 32,9°C dengan kelembaban rata-rata 83%.


Potensi Sumberdaya Alam

Flora

Vegetasi merupakan tipe hutan hujan tropis dengan didominasi oleh tumbuhan jenis pohon antara lain Kompas (Koompasia maccensis), Kelat (Eugenia spp.), Kulim (Scorodocarpu bernensis), Medang (Alseodaphne sp. ), Cengal (Hopea sp.), Balam (Palaqium sp) dan lain sebagainya.

Fauna

Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai antara lain Rusa (Cervus sp.), Babi hutan (Sus scrafa), Gajah (Elephas maximus sumatrensis), Ungko (Hilobaatidae), Trenggiling (Manis javanica) dan berbagai jenis burung seperti Rangkong (Beuceratidae), Punai dan lain sebagainya.

Potensi wisata alam

Di samping keadaan alamnya sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga terdapat beberapa obyek yang dapat dinikmati, antara lain : sumber air, panorama alam hutan.Beberapa Kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas alam, dan berkemah.

Sarana kemudahan dan pelayanan

Sarana kemudahan yang ada antara lain pendopo, jalan masuk, jalan setapak dari semen, jalan utama, tempat parkir, pintu gerbang, MCK, jembatan dan camping ground.

Pencapaian ke lokasi

TAHURA Sultan Syarif Kasim terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan kota Pekan Baru - Minas - Duri - Dumai, dapat dicapai dengan kendaraan darat 1,5 jam dari kota Pekan Baru.


TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SEULAWAH

Dasar hukum, letak dan luas
Calon TAHURA Seulawah ditidaklanjuti oleh Pemda melalui penetapan Surat Keputusan Gubernur Kepala D.I. Aceh No. 522.51/442/1990 tanggal 4 September 1990 tentang Pembentukan Tim TAHURA Seulawah dengan luas 25.000 Ha. Dari luas tersebut akan dipilih 10.000 Ha yang dianggap layak dan dapat mewakili keanekaragaman potensi flora, fauna maupun potensi fisik lainnya yang ada.
Secara geografis Calon TAHURA Seulawah terletak pada 0525' Lintang Utara dan 9540' Bujur Timur. Secara administratif termasuk Kabupaten Dati II Aceh Besar dan Kabupaten Dati II Pidie, Propinsi D.I. Aceh.
Potensi sumber daya alam
a. Topografi
Keadaan topografi Calon TAHURA Seulawah pada umumnya berbukit-bukit. Sebagian kecil dari areal tersebut merupakan dataran dengan status sebagai hutan negara bebas dengan ketinggian 0-40 m dpl dan berada di kaki Gn. Seulawah Agam.
b. Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Calon TAHURA Seulawah termasuk dalam tipe iklim B dan C. Hasil pencatatan rata-rata curah hujan pertahun sebesar 67-101 hari. Curah hujan berkisar antara 1.750-2.000 mm/tahun. Temperatur udara rata-rata minimum 22°C dan maksimum 30°C. Kelembaban nisbi rata-rata 92,7% pertahun dan tekanan udara rata-rata 1.212,1 MB pertahun atau 1010,1 MB perbulan.
c. Flora
Calon TAHURA Seulawah memiliki berbagai jenis flora yang didominasi antara lain oleh Pinus (Pinus mercusii) dan Akasia (Acasia auriculiformis) seluas 250 Ha, serta padang alang-alang yang luas 5.000 Ha atau 20%. Penyebaran jenis-jenis flora ini hampir merata di semua kawasan, mulai dari hutan pantai, hutan dataran rendah hingga hutan dataran tinggi. Di sekeliling Calon TAHURA Seulawah dijumpai padang alang-alang yang diselingi dengan hutan-hutan muda.
d. Fauna
Berbagai jenis fauna terdapat di kawasan Calon TAHURA Seulawah yang antara lain: Rusa (Cervus unicolor), Babi (Sus Scrofa), Landak (Hystrik brachyura), Kancil, Kera ekor panjang, Burung sri gunting, Burung sempala, Ayam hutan, dan Lutung. Di samping itu dijumpai juga jenis mamalia besar di antaranya Gajah (Elephas maximus). Penyebaran jenis fauna hampir merata di seluruh kawasan.
Potensi wisata alam
Di samping keadaan alamya sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga terdapat beberapa obyek yang dapat dinikmati, antara lain: air terjun berair panas, sumber air panas, kawah ie juk, kawah belerang, tempat mengasin satwa, kubangan gajah, rumah, kolam, saluran pembagi air, bendungan tua peninggalan Belanda, mata air, lembah Mon Jasa Ma, Makan Tgk. Lamcut, Mesjid Tgk. Keumuruh, tebing batu bersusun, lintasan gajah, lantai gunung berbatu, alur besar berbatu, gunung gajah, batu monyet, tempat bermain siamang di pagi hari.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan
Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas alam, berenang, atraksi gajah dan siamang dan lain sebagainya.
Sarana kemudahan dan pelayanan
Sarana kemudahan dan pelayanan yang ada baru jalan setapak.
Pencapaian ke lokasi
Calon TAHURA Seulawah yang letaknya sangat strategis karena terpotong oleh ruas jalan lintas antara Medan - Banda Aceh, sangat mudah dijangkau baik oleh kendaraan roda empat maupun roda dua dengan jarak tempuh 50-70 km dari kota Banda Aceh.
Peluang usaha yang dapat dikembangkan
Peluang usaha yang dapat dikembangkan di Calon TAHURA Seulawah antara lain : usaha jasa pemandu wisata, usaha jasa akomodasi, dan usaha jasa sarana boga

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUKIT BARISAN


Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan.
Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi denga luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung.
Bagian lain kawasan Tahura ini tersiri terdiri dari CA/TW. Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.
FLORA DAN FAUNA
Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus Merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surei dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren, Rotan, dan lain-lain.
Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, pinus khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.
Beberapa fauna yang hidup di kawasan ini antara lain : Monyet, harimau, siamang, babi hutan, ular, elang, kecil, rusa, treggiling, dan lain-lain.
WISATA
Sebagian dari Kawasan Tahura, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara.
Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat.
Disamping itu sarana prasarana juga cukup memadai, seperti : jalan raya dengan kondisi yang baik dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak dibeberapa kawasan.
Bagi yang berminat didunia penelitian (research), Tahura Bukit Barisan juga dapat dijadikan gudang ilmu pengetahuan. Penelitian tidak terbatas pada bidang flora dan fauna saja tetapi juga mencakup bidang hidrologis serta sosial budaya..Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan berada di Tongkoh.
(Gambar 1. Jalan penuh liku dan tanjakan menuju Tahura)
Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas penginapan, ruangan primer, perpustakaan, restoran, panggung budaya, juga aktrasi tunggang gajah, serta sarana karantina satwa. Selain untuk wisata , lokasi Tongkoh juga cocok untuk kegiatan penelitian, olah raga misalnya Lintas Wisata Alam dsb.
Masyarakat yang bermukim disekitar Tahura Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh dan Batak. Mata pencarian penduduk utamanya adalah petani dan pekebun. Produksi utama sayur mayur adalah kol, buncis, wortel, sawi, buah-buahan seperti jeruk Tanah Karo sangatlah terkenal demikian pula buah markisa banyak dikebunkan disini dan dapat dinikmati rasanya dalam bentuk sirup markisa.
Pemerintah Daerah sangat berkenan dalam pengembangan budidaya ini, misalnya dalam pentas budaya, pameran buah dalam Festival Buah yang diselenggarakan tiap tahun dsb. Upaya pelestarian budaya, budaya juga dilakukan terhadap peninggalan rumah adat seperti di Lingga.
Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung Sibayak (2.211 m) dan Gunung Sinabung (2.451 m), gunung ini sering menjadi tantangan bagi para pendaki untuk menaklukkannya. Dianjurkan bila ingin mendaki gunung ini minta izin lebih dahulu kepada instansi yang berwenang, untuk persiapan segala sesuatu serta sangat diperlukan adanya pemandu keselamatan.

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) NGURAH RAI (BALI)

A. KEADAAN FISIK KAWASAN
Dasar hukum, letak dan luas
Taman Wisata Alam Prapat Benoa ditetapkan sebagai TAHURA Ngurah Rai berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 dengan luas 1.373,50 Ha.
TAHURA Ngurah Rai secara administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Kotamadya Denpasar Propinsi Bali, sedangkan secara geografis TAHURA Ngurah Rai terletak pada 1159’-11514 Bujur Timur dan 849’ Lintang Selatan. Pengelolaan kawasan berada pada Sub Seksi KSDA Badung, Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali, Kanwil Departemen Kehutanan Propinsi Bali.
Topografi
TAHURA Ngurah Rai secara keseluruhan memiliki konfigurasi lapangan adalah darat yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan lereng menurun ke arah timur, dengan ketinggian antara 0-3 m di atas permukaan laut.
Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson TAHURA Ngurah Rai termasuk tipe iklim E dengan curah hujan rata-rata 1.800 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 22°C-28°C.
B. POTENSI BIOTIK KAWASAN
Flora
Keadaan flora pada kawasan TAHURA Ngurah Rai didominasi tumbuhan jenis Sonneratia alba, Duabanga moluccana, Aegiceras corniiculatum, Rhizophora mucronata dan tumbuhan bawah seperti Derris heterophylla dan Acanthus ilicifolius, Rhizophora mucronata dan Avicennia maria.
Fauna
Fauna yang terdapat di dalam kawasan TAHURA Ngurah Rai antara lain berbagai jenis burung seperti : Fregeta minor, Sula leucgaster, Sterna hirundo, Halcyon chloris, Geopelia striata, Streptopelia chinnensis dan Duculaanal, dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) serta Teripang (Echinodermata) dan ditemukan juga jenis Mollusca, Gastropoda, Pelecypoda yang hidup pada sisa-sisa batu karang.
C. POTENSI WISATA ALAM
Daya tarik obyek
TAHURA Ngurah Rai merupakan bagian dari kawasan wisata Pulau Serangan, Teluk Banoa dan sekitarnya yang cukup diminati oleh para wisatawan mancanegara maupun nusantara, potensi wisata alam yang cukup menonjol adalah panorama hutan bakau (Ekotourisme) dan adanya kegiatan upacara adat di dalam kawasan Taman Hutan Raya serta panorama pantai yang cukup indah.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan
Beberapa kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan diantaranya adalah : lintas alam, menikmati pemandangan alam pantai, berkemah, atraksi wisata bahari dan lain-lain.
Sarana kemudahan dan pelayanan
Beberapa fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata alam di TAHURA Ngurah Rai adalah : jalan masuk, pos jaga, dan jalan setapak.
Pencapaian ke lokasi
Kawasan TAHURA Ngurah Rai terletak pada posisi strategis yaitu kawasan pariwisata Sanur, Nusa Dua dan Kuta, dapat dicapai dengan mudah melalui jalan bypass Sanur - Nusa Dua.
D. PELUANG USAHA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN
Peluang usaha yang dapat dikembangkan di TAHURA Ngurah Rai antara lain adalah : usaha jasa akomodasi dan konsumsi, usaha jasa pemandu wisata alam dan usaha jasa transportasi.

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) R. SOERYO (JAWA TIMUR)

A. KEADAAN FISIK KAWASAN

Dasar hukum, letak dan luas

Kawasan Hutan Arjuno Lalijiwo ditetapkan sebagai TAHURA R. Soeryo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 1128/Kpts-II/1992 tanggal 19 September 1992 dengan luas 25.000 Ha. Sedangkan pembangunannya ditetapkan berdasarkan keputusan Presiden No. 29 Tahun 1992 tanggal 20 Juni 1992. Peresmian TAHURA R. Soeryo dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan Pekan Penghijauan Nasional di Propinsi Sulawesi Utara pada tanggal 19 Desember 1992.

TAHURA R. Soeryo secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Derah Tingkat II Malang, Propinsi Jawa Timur, sedangkan secara geografis TAHURA R. Soeryo terletak pada 11232’00" Bujur Timur dan 7044'30" Lintang Selatan. Pengelolaan kawasan berada pada Resort KSDA Lalijiwo Barat, Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jatim I, Balai KSDA IV, Kanwil Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Timur.

Topografi

TAHURA R. Soeryo secara keseluruhan memiliki konfigurasi bervariasi antara datar, berbukit dan gunung-gunung dengan ketinggian antara 1.000-3.000 meter diatas permukaan laut.

Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson TAHURA R. Soeryo termasuk tipe iklim C dan D dengan curah hujan rata-rata 2.500-4.500 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 5°C-10°C.

B. POTENSI BIOTIK KAWASAN

Flora

Keadaaan flora dan kawasan TAHURA R. Soeryo didominasi tumbuhan jenis : Cemara (Casuarina junghuniana), Saren (Toenasureni), Pasang (Quercus lincata), Kemelandingan gunung (Mycura javabica) dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti Padi-padian (Sarghum vitidumvakl).

Fauna

Fauna yang terdapat di dalam kawasan TAHURA R. Soeryo antara lain adalah Rusa (Cerous timorensis), Kijang (Muntiacus muncak), Babi hutan (Sus Srofa), Kera abu-abu (Macaca fascicuis), Budeng (Presbytis cristata) dan berbagai jenis burung seperti Tekukur dan Kerenda.

C. POTENSI WISATA ALAM

Daya tarik obyek

TAHURA R. Soeryo memiliki potensi wisata yang cukup bervariasi selain flora dan fauna serta pemandangan alam yang indah pada kawasan tersebut terdapat juga tempat pemandian sumber air panas, Arboretum Cangar yaitu tempat koleksi tanaman langka, Arboretum Sumber Brantas, Gua-gua Jepang, Petapaan Abiyoso, Padang Rumput Lalijiwo, Pondok Welirang, Puncak Welirang dan Petapaan Indrokilo.

Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan

Beberapa kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan diantaranya : lintas alam, menikmati pemandangan alam pegunungan, berkemah, mandi air panas dan lain-lain.

Sarana kemudahan dan pelayanan

Beberapa fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata alam di TAHURA R. Soeryo adalah : jalan masuk, pos jaga, pondok wisata, pendopo, pusat informasi, kantor pengelola, pondok kerja, MCK dan jalan setapak.

Pencapaian ke lokasi

Kawasan TAHURA R. Soeryo dapat dikunjungi dengan mudah dari kota Surabaya, Malang, Pasuruan, Mojokerto dan Jombang dengan route :

  • Malang - Batu - Sumber Brantas Lokasi 38 Km dapat dicapai dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
  • Mojokerto - Pacet - Lokasi 30 Km hanya dapat dicapai dengan kendaraan pribadi.
  • Surabaya - Pandaan - Priden - Tretes 74 Km dengan kendaraan umum, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Pondok Welirang, Padang rumput Lalijiwo terus ke Gunung Welirang selanjutnya turun ke lokasi dengan waktu perjalanan 14 jam.

D. PELUANG USAHA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN

Peluang usaha yang dapat dikembangkan TAHURA R. Soeryo antara lain adalah : usaha jasa akomodasi dan konsumsi, usaha jasa pemandu wisata alam dan usaha jasa transportasi.*Sumber: http//www.dephut.go.id.

Tahura Wan Abdul Rahman-Lampung

Tahura Wan Abdul Rahman (luas: 22.249,31 ha) adalah salah satu dari 14 Taman Hutan Raya di Indonesia. Ditetapkan sebagai Tahura Wan Abdul Rahman berdasarkan SK Menhut No. 408/Kpts-II/93 dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi Lampung sesuai UU No. 22 tahun 1999, PP No. 25 Th. 2000, Keputusan Menhut No. 107/Kpts-II/2003 serta Keputusan Gubernur Lampung No. 03 tahun 2003.

Secara administratif Tahura Wan Abdul Rahman berada di Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kedodong, Gedong Tataan dan Padang Cermin Kota Madya Bandar Lampung. Di dalam kawasan terdapat 4 (empat) buah gunung, yaitu: G. Rantai (1.671 m), G. Pesawar (661 m), G. Betung (1.240 m), dan G. Tangkit Ulu Padang Ratu (1.600 m).
Memiliki ketinggian 1600 dpl dengan topografi yang bergelombang dan berbukit, sementara dipuncaknya adalah gunung betung, gunung pesawaran, gunung ratai dan gunung tangkit padang ratu, sementara sungai-sungai banyak bermuara disana, seperti sungai Way Semak, Way Padang Ratu dan Way Rati dan wilayah ini terdiri atas vegetasi hutan alam (37,06 %), belukar (25,90 %) alang-alang (3,5 %) dan kebun/ladang (32,76 %), dibagi menjadi dua blok pengelolaan yaitu blok perlindungan dengan luas 11.150 ha dan blok pemanfaatan seluas 11.099 ha.
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman sebelumnya merupakan kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung dengan luas 22.249,31 Hektar, tetapi sesuai dengan potensi alam yang dimiliki, maka kawasan tersebut dikembangkan dengan fungsi antara lain sebagai tempat koleksi flora dan fauna alami, jenis asli maupun bukan asli, sebagai tempat untuk penelitian, pariwisata dan rekreasi, berfungsi sebagai perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Vegetasi hutan di Tahura Wan Abdul Rahman memiliki tipe vegetasi hutan hujan tropis yang didominasi oleh Medang (Litsea firmahoa), Rasamala (Altingia excelsa), Merawan (Hopea mengawan) dan berbagai jenis anggrek, pakis dan rotan. Potensi fauna antara lain: Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Kambing hutan (Nemorchaedus sumatrensis), Rusa (Cervus timorensis) dan Beruang madu (Helarector melayanus).

Potensi alam lainnya yang dapat menarik wisatawan adalah beberapa air terjun alami seperti Air terjun Sinar Tiga yang memiliki ketinggian 70 m dengan lebar 6 – 10 m, air terjun Gunung Minggu yang digunakan oleh pengunjung sebagai shower alam, air terjun Talang Rabun memiliki tinggi 30 m, air terjun Tanah Longsor 35 m, air terjun Penyairan 35 m, air terjun Bidadari 20 m dan air terjun Talang Mulya 30 m. Masih banyak air terjun di tahura WAR ini seperti air terjun Gunung Tanjung, Batu Lapis Mata Dewa, Pelangi, Batu Perahu, Kupu Jambu, Tawon, Way Awi, Way Ngeluh dan air terjun Sungai Langka.
Sekitar 80 % luas hutan Tahura berada di Kabupaten Pesawaran, 15 km dari kota Bandarlampung. Terdapat 47 titik pemukiman di Tahura WAR. Sensus 2002 menunjukkan 23.489 KK tinggal di dalam hutan. Dinas Kehutanan telah membuat Master Plan pengembangan Tahura WAR, tinggal menunggu persetujuan dari Departemen Kehutanan.Obyek wisata alam yang memiliki daya tarik wisatawan adalah 5 (lima) buah air terjun.*Sumber:MKI-2008